Pada saat saya masih di bangku sekolah dasar, masih terngiang di kepala saya saat guru sejarah mengatakan bahwa salah satu daerah pengahasil ikan terbesar di Indonesia nahkan dunia adalah Bagan Siapi-api, disana jumlah ikan sangat banyak, kapal sangat ramai, dan pelabuhan yang besar dan megah.
Akhirnya setelah momen tersebut sudah lewat sekitar puluhan tahun, tuntutan pekerjaan membawa saya ke Bagan siapi-api, kunjungan saya ke Bagan siapi-api sehubungan dengan proyek Analisa beban kerja yang saya kerjakan di Pelindo 1 (Ini akan saya ceritakan lain kali). sudah terbayan di kepala saya, akan seperti apakah kota & pelabuhan Bagan siapi-api yang selama ini hanya dapat saya bayangkan?
Bagan siapi-api adalah ibu kota Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, Indonesia. Kota ini terletak di muara Sungai Rokan, di pesisir paling utara Rokan Hilir, dan merupakan tempat yang sangat strategis. Bagansiapiapi dapat ditempuh dari segala arah, baik darat maupun laut. Bagansiapiapi saat ini adalah ibu kota Kabupaten Rokan Hilir. Selain itu, Bagansiapiapi juga adalah ibu kotaKecamatan Bangko.
Di Bagan siapi-api dikenal suatu ritual dari masyarakat Tionghoa yang sangat terkenal, yaitu ritual Bakar Tongkang atau GoCapLak, di mana ritual tersebut diadakan setiap penanggalan Imlek bulan kelima (Go) tanggal ke-16 (CapLak) setiap tahunnya. Ritual tersebut mampu menyedot puluhan ribu wisatawan baik domestik maupun manca negara. Pemda Kabupatan Rokan Hilir saat ini gencar mempromosikan potensi wisata tersebut.
Bagan siapi-api adalah sebuah kota nelayan yang pada tahun 1980-an pernah tercatat sebagai salah satu daerah penghasil ikan terbesar dan teramai di Indonesia. Selain itu, daerah ini juga pada suatu masa dulu adalah pelabuhan dengan produksi ikan kedua terbanyak di dunia setelah Norwegia.
Kejayaan Bagansiapiapi setidaknya telah dimulai sejak tahun 1886, ketika gelombang orang Tiongkok (sekarang Republik Rakyat Cina) mendatangi daerah ini karena jumlah ikan yang luar biasa banyak. Masa kejayaan Bagan siapi-api dicapai pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, tepatnya tahun 1930. Saat itu, pelabuhan Bagan siapi-api yang menghadap langsung keSelat Malaka menghasilkan ikan sebanyak 300.000 ton per tahun. Namun kejayaan ini tidak bertahan hingga masa kini, setelah mulai meredupnya hasil perikanan sejak tahun 1970-an.
Salah 1 Klenteng di Bagan Siapi-api
Cakupan wilayah Pelindo I adalah wilayah Sumatera bagian barat, timur, & utara. Saat itu saya sedang melakukan analisa di Pelindo 1 cabang Dumai, Bagan siapi-api adalah kantor perwakilan yang masih menjadi tanggung jawab Pelindo 1 cabang Dumai. Saya & teman tinggal di Dumai sekitar 1 bulan. Setelah 2 minggu melakukan analisa di Dumai, akhirnya kami menuju Bagan siapi-api perjalanan darat sekitar 3 jam tidak terlalu terasa karena kami diantar langsung oleh kepala pelabuhan Bagan siapi-api yaitu pak Herman, beliau adalah seorang storry teller yang sangat baik, beliau juga orang yang sangat humoris.
Anehnya selama perjalanan Pak Herman sama sekali tidak membicarakan mengenai pelabuhan Bagan siapi-api, tetapi kami cukup menikmati semua topik pembicaraan dengan Pak Herman.Setelah perjalanan yang tidak terasa lama (tetapi melelahkan, hehehe) tersebut. akhirnya kami tiba di pelabuhan Bagan siapi-api.....
Gerbang Pelabuhan Bagan Siapi-api
Pada saat melihat gerbang dari pelabuhan Bagan siapi-api saya merasa cukup excited untuk ekhirnya dapat menyaksikan pelabuhan Bagan siapi-api, semua bayangan yang saya miliki akhirnya dapat terlihat secara nyata di mata saya (paling tidak itu yang saya pikirkan...).
Namun semua antuasisme perlahan sirna saat turun dari mobil dan menjejakkan kaki di dalam pelabuhan, semua gambaran akan kemegahan, kesuksesan, keberhasilan, dan prestsi yang dimiliki oleh pelabuhan ini sirna bagai tak berbekas... Mungkin foto-foto berikut dapat membantu memberikan gambaran.....
Setelah berkeliling pelabuhan Bagan siapi-api akhirnya kami dan Pak Herman memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu sebelum memulai sesi wawancara & analisa dokumen... Menu makan siang kami tentunga sama seperti makanan kami di Dumai, yaitu Masakan Padang.... Saya akan langsung check kolesterol sepulangnya dari Dumai... Hehehehe...
Sesi wawancara & analisa dokumen berlangsung singkat, hal ini dikarenakan pelabuhan Bagan siapi-api juga sudah tidak memiliki banyak aktivitas, dari bulan ke bulan aktivitas yang ada semakin berkurang, saat ini pelabuhan Bagan siapi-api hanya menyediakan jasa transportasi kapal penumpang dan pengiriman garam...
Namun kenapa pelabuhan ini tetap dibuka??? padahal secara profit malah bisa saja minus bagi Pelindo 1? Semua kembali pada sejarah & fungsi pelayanan masyarakat yang selama ini dijalankan oleh pelabuhan Bagan siapi-api, sejak pelabuhan ini masih menjadi salah satu raja di asia tenggara hingga sekarang.....
Setelah sesi-sesi yang kami lakukan di pelabuhan Bagan siapi-api selesai, kami kembali ngobrol dengan Pak Herman diatas deck pelabuhan sambil memandang prihatin pada kondisi pelabuhan saat ini....
Dari hasil pembicaraan kami, saya dapat menarik kesimpulan bahwa pelabuhan Bagan siapi-api adalah pelabuhan yang terkena dampak signifikan dari perubahan, baik perubahan geografis, dimana permukaan air mundur sejauh 4 KM!!!!! sehingga aspek bisnis dari pelabuhan sangat terpengaruh, perubahan karena pembangunan jalan darat yang mempermudah akses DARI dan KE Bagan siapi-api sehingga tidak harus lewat air, dan perubahan yang berbau politis, untuk hal ini saya tidak akan komentar...
Apakah masih ada potensi untuk membangkitkan pelabuhan Bagan siapi-api kembali menjadi pelabuhan yang disegani & menghasilkan banyak manfaat?..... jujur saya sangsi, teman saya menyebutnya sangat tidak mungkin...
Sebelum pulang saya dan teman sempat berfoto dengan Pak Herman
Pinto & Pak Herman
Saya dan Pak Herman
Sesi foto iseng yang kami lakukan tersebut juga menjadi aktivitas terakhir kami di pelabuhan legendaris Bagan Siapi-api, saat mobil berjalan meninggalkan pelabuhan bagan siapi-api saya jadi teringat sepetik bait dari lagu bengawan solo yang sering dinyanyikan ibu saya dulu... "Bengawan Solo, Riwayat mu Duluuuu....." Tapi saat ini lebih tepat untuk Pelabuhan Bagan Siapi-api...
Sejarah kehebatan masa lalu lenyap tak berbekas.... Sangat disayangkan.....
ya pak, bagan riwajatnja doeloe...
ReplyDelete